MAKALAH
NEGARA
MYANMAR
Diajukan
untuk memenuhi tugas matapelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Guru
matapelajaran : Rudi Subachir, S, Pd.,
Disusun
Oleh :
Annisa
Febrianty
Fatimah
Kamalia
Nuri
Anggraeni
Wahyudin
Yamin
IX-A
SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 NYALINDUNG
KECAMATAN
NYALINDUNG
KABUPATEN
SUKABUMI
JAWA
BARAT
2012
Kata
Pengantar
Puji dan sukur
kehadirat Tuhan yang maha esa atas rahmat dan karunianya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial di arahkan agar siswa mampu mengetahui keadaan – keadaan social baik
berupa sejarah, maupun ilmu kebumian.
Pada pembahasan ini,
penyusun akan menjelaskan berbagai hal mengenai Negara Myanmar. Adapun makalah
ini di rancang untuk memudahkan siswa dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan
Sosial.
Akhirnya atas nama
penyusun makalah ini, kami ucapkan terimakasih, dan semoga dapat menambah
khasanah pengetahuan siswa.
Sukabumi, Januari 2012
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai kehidupan social yang mencangkup
kondisi sejarah, kebumian, keadaan perekonomian, dan perkembangan kondisi
penduduk serta lainnya.
Pembahasan yang menitik
beratkan pada perkembangan sejarah, rotasi kebumian, keadaan perkembangan
penduduk melatarbelakangi kami untuk mencari tahu, mendalami dan belajar
menggali informasi mengenai Negara Myanmar.
Kondisi
– kondisi yang kami temukan, berusaha kami sajikan dalam pembahasan sehingga
dapat digunakan dan dimanfaatkan pembaca sebaik mungkin.
B.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan
dan penyusunan makalah ini adalah agar
dapat mengetahui dan menambah wawasan mengenai keadaan dunia luar dan dapat
mentransformasikan informasi yamg di dapat sehingga dapat di pergunakan sebaik
mungkin.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada 1988,
terjadi gelombang demonstrasi besar menentang pemerintahan junta militer.
Gelombang demonstrasi ini berakhir dengan tindak kekerasan yang dilakukan
tentara terhadap para demonstran. Lebih dari 3000 orang terbunuh.
Pada pemilu
1990 partai pro-demokrasi pimpinan
Aung San Suu Kyi memenangi 82 persen suara namun
hasil pemilu ini tidak diakui rezim militer yang berkuasa.
A.
Sekilas
Profil Negara Myanmar
Nama Resmi : The Union of Myanmar
Ibukota : Yangon
Luas Wilayah : 676.578 km2
Iklim : Musim panas dan musim
dingin
Penduduk : 50 juta jiwa
Bentuk Negara : Negara Kesatuan
Kepala Negara / Pemerintahan :
Jendral Senior Than Shwe
Agama : Budha mayoritas
Bahasa : Bahasa Myanmar
Mata Uang : Kyat ( ks)
Ekonomi : Ekspor Utama : beras,
hasil pertanian, kayu, hasil laut, mineral dan batuan, Industri utama :
agrobisnis, kehutanan, makanan, dan pertambangan.
B. Wilayah
dan Penduduk :
Myanmar terletak
di Asia Tenggara, Myanmar berbatasan dengan Thailand dan Laos di bagian Timur,
RRC di bagian Utara serta Bangladesh, India dan Teluk Benggala di sebelah
Barat.Wilayah Myanmar terdiri dari 7 state ( berdasarkan etnik grup mayoritas )
dan 7 division ( berdasarkan heterogenitas ) yang terbagi atas berbagai
township yang kemudian terbagi lagi atas ward atau village. Penduduk Myanmar
termasuk sejumlah besar warga China nya, berasal dari suku Mongoloid.
Selebihnya merupakan imigran India, Pakistan dan sejumlah kecil orang Eropa. Yangon,
ibukota Myanmar selain menjadi pusat pemerintahan, merupakan pelabuhan utama
negeri ini.Juga pusat perdagangan danindustri serta induk jaringan transportasi
dan komunikasi negara. Sejak tahun 2005, ibukota Myanmar direncanakan akan
dipindahkan ke Pyinmana karena dianggap lebih strategis berada di tengah -
tengah Myanmar. Yangon terkenal dengan monumen pagoda Shwe Dagon yang berlapis
emas dengan ketinggian mencapai 112 m.
C.
Sejarah singkat
Di Awal ke
18, Myanmar menjadi bagian dari wilayah jajahan Inggris ( Indian Empire ). Merdeka
di tahun 1948, Myanmar mengalami instabilitas politik karena perpecahan dalam
partai yang berkuasa ( AFPL ). Myanmar menganut politik multi partai dan
mengakui adanya 10 partai. Pemerintahan SPDC ( State Peace and Development /
Dewan Ketentraman dan Pembangunan Negara ) masih merupakan pemerintahan
sementara menunggu terbentuknya konstitusi baru.
D. Perubahan nama
Perubahan nama dari Birma menjadi Myanmar dilakukan oleh
pemerintahan junta militer pada tanggal 18 Juni 1989. Junta militer mengubah nama Birma menjadi Myanmar agar
etnis non-Birma merasa menjadi bagian dari negara. Walaupun begitu, perubahan
nama ini tidak sepenuhnya diadopsi oleh dunia internasional, terutama di negara-negara
persemakmuran
Inggris.
Beberapa negara Eropa seperti Inggris dan Irlandia yang
tidak mengakui legitimasi kekuasaan junta militer tetap menggunakan
"Burma" untuk merujuk kepada negara tersebut.
PBB, yang mengakui hak negara untuk menentukan nama
negaranya, menggunakan Myanmar, begitu pula dengan Perancis dan Jerman. Di
Jerman, kementerian luar negeri menggunakan Myanmar, tetapi hampir seluruh
media Jerman menggunakan "Burma".
Pemerintah AS, yang tidak mengakui legitimasi kekuasaan
junta militer tetap menggunakan "Burma" tetapi mayoritas media besar
seperti The New York Times, CNN dan Associated Press menggunakan Myanmar.
E. Perubahan
lagu kebangsaan dan bendera
Perubahan
lagu kebangsaan dan bendera dilakukan pemerintah junta pada tanggal
21 Oktober 2010.
Musik atau lagu kebangsaan negara Myanmar adalah Our Free Home Land
F. Gelombang Protes 1988
Meski terkenal akan pelanggaran HAM, Myanmar justru memiliki
sejarah protes massa yang panjang. Ketika Indonesia bungkam dengan gerakan
bawah tanah di era Soeharto, gelombang protes Myanmar justru menguat sejak
dimulainya masa pemerintahan militer Jenderal Ne Win. Tahun 1988, gelombang
protes massa Myanmar ini melibatkan pelajar, pejabat sipil, pekerja hingga para
biksu Budha. Protes hadir saat Ne Win menggunakan tentara bersenjata demi
kudeta militer.
Sejak awal massa Myanmar memang telah menginginkan
berakhirnya junta militer ini. . The State Peace and Development Council's
(SPDC's) Myanmar mengajukan tuntutan yang populer untuk mereformasi
pemerintahan menjadi neo-liberal. Tuntutan reformasi ini terutama berlaku untuk
ekonomi, termasuk saat bulan lalu pemerintah Myanmar menarik subsidi BBM.
Protes massa Myanmar memang tak segaduh Amerika yang
liberal. Dimana-mana rezim militer masih memegang kendali sosial. Asia Times
mencatat, gerakan protes umumnya mulai dalam jumlah kecil dan tersebar.
Beberapa bulan terkahir ini misalnya, protes kecil dan damai terus berkelanjutan
di ibukota Yangon.
Namun kemarahan publik ini bisa berubah menjadi efek bola
salju dan menjadi gerakan massa besar-besaran. Salah satunya yang terjadi di
Pakkoku. Setelah bola salju ini pecah, maka perlahan akan kembali menggumpal.
Beberapa hari setelah kejadian Pakkoku, 500 biksu kembali berbaris damai di
Yangon, Myanmar. Layaknya biksu, New York Times mencatat gerakan ini malah
berdoa untuk kedamaian dan keselamatan setelah peristiwa Pakkoku.
Gerakan dalam protes bukan hanya terjadi dari satu pihak
saja. Pemerintah Myanmar juga menyikapinya dengan Union Solidarity and
Development Association (USDA). USDA tercatat kerap bergabung dalam gelombang
protes ini. Organisasi propemerintah ini tercatat bahkan ikut terlibat dalam
upaya pembunuhan Suu Kyi di tahun 2003. Meski gagal, aksi tersebut memakan
korban simpatisan National League for Democracy (NLD) sebagai gantinya.
“Anggota kelompok ini (USDA) dilatih khusus untuk mengontrol
massa dan mengubah protes menjadi aksi kekerasan,” kata seorang Diplomat barat
di Yangon pada Asia Times. Dunia Barat mencurigai gerakan ini berada dalam
sayap yang sama dengan intelejen Myanmar. Apalagi, setiap aksi protes yang
terjadi sangat sulit untuk diliput oleh para jurnalis, termasuk jurnalis
internasional. Rekrut anggota juga dicurigai berasal dari para kriminal.
Seiring bertambahnya anggota USDA, sekurangnya 600 kriminal juga dilepaskan
dari Penjara Yangon. Hingga kini anggota USDA diperkirakan mencapai 2000 orang.
USDA berfungsi menyaingi kelompok pelajar dan biksu Buddha
yang vokal dalam aksi protes. Apalagi secara khusus aktivis Myanmar telah
memiliki organisasi protes massanya sendiri. Organisasi 88 Generation Student
ini didirikan oleh penyair internasional asal Myanmar Ming Ko Naing dan Ko Ko
Gyi. Keduanya mendirikan organisasi ini setelah dibebaskan dari 14 tahun
penjara, dan cukup populer di mata masyarakat Myanmar. Meski berlabel pelajar,
Generation 88 kerap bekerjasama dengan para pekerja, sipil hingga para biksu
Buddha.
“Kami percaya tak satupun warga Myanmar yang rela menerima
aksi kekerasan politik junta militer,” kata salah satu pemimpin Generation 88
Htay Kywe pada Asia Time. Dan dalam setiap protes massa Myanmar hampir bisa
dipastikan USDA dan Generasi 88(Generation 88) berperang didalamnya.
G. Gelombang Protes 2007
Protes dimotori oleh para biksu budha di Myanmar. Pada awalnya para
biksu menolak sumbangan makanan dari para jendral penguasa dan keluarganya,
penolakan ini menjadi simbol bahwa para biksu tidak lagi mau merestui kelakuan
para penguasa militer Myanmar. Aksi demo juga dipicu oleh naiknya harga BBM
beberapa ratus persen akibat dicabutnya subsidi. Demo melibatkan ribuan bikshu
kemudian meletus diberbagai kota di Myanmar, para warga sipil akhirnya juga
banyak yang mengikuti. Pemerintah Junta Militer melakukan aksi kekerasan dalam
membubarkan demo-demo besar ini, Pagoda-pagoda disegel, para demonstran
ditahan, dan senjata digunakan untuk membubarkan massa. Banyak biksu ditahan,
beberapa diyakini disiksa dan meninggal dunia. Sepanjang Gelombang protes
terjadi belasan orang diyakini menjadi korban, termasuk seorang reporter
berkebangsaan Jepang, Kenji Nagai, yang ditembak oleh tentara dari jarak dekat
saat meliput demonstrasi. Kematian warga Jepang ini memicu protes Jepang pada
Myanmar dan mengakibatkan dicabutnya beberapa bantuan Jepang kepada Myanmar.
H. Akar Permasalahan
Gelombang Protes
Etnis Birma,
berasal dari
Tibet, merupakan etnis mayoritas di Myanmar.
Namun, etnis Birma adalah kelompok yang datang belakangan di Myanmar, yang
sudah lebih dahulu didiami etnis Shan (Siam dalam bahasa Thai). Etnis Shan pada
umumnya menghuni wilayah di sepanjang perbatasan Thailand-Myanmar. Sebelum etnis
Birma datang, selain etnis Shan, sudah ada etnis Mon, yang menghuni wilayah
selatan, juga dekat perbatasan dengan Thailand.
Sebagaimana
terjadi di banyak negara, di antara tiga etnis utama di Myanmar ini terjadi
perang. Satu sama lain silih berganti menjadi penguasa di daerah yang dinamakan
Birma, kini Myanmar. Inilah yang terjadi, perebutan kekuasaan, sebelum
kedatangan Inggris pada tahun 1885.
Ada juga
etnis lain di Myanmar, yang kemudian turut meramaikan ketegangan politik
sebelum penjajahan dan pasca-penjajahan Inggris. Misalnya, ada etnis Rakhine,
lebih dekat ke
Bangladesh.
Saat
penjajahan, berbagai kelompok etnis ini berjuang untuk mengakhiri penjajahan.
Setelah penjajahan berakhir dan merdeka pada tanggal
4 Januari 1948,
makin terjadi kontak lebih ramah antara etnis Birma dan semua etnis non-Birma.
1.
Birmaisasi
Aung San,
ayah dari Aung San Suu Kyi, bersama U Nu adalah tokoh utama di balik
kemerdekaan dan menjadi pemimpin negara. Akan tetapi, pada tahun 1962, militer
yang didominasi etnis Birma mengambil alih kekuasaan negara. Ne Win adalah otak
di balik kudeta itu.
Cikal bakal
junta militer sekarang (disebut sebagai Dewan Negara untuk Perdamaian dan
Pembangunan / SPDC) berasal dari kekuasaan Ne Win itu. SPDC sendiri didominasi
oleh etnis Birma. Konfigurasi kekuasaan hak pun menjadi tidak berimbang antara
etnis Birma yang mendominasi dan etnis non-Birma yang merasa ditindas. Sehingga
muncullah perlawanan dari beberapa etnis non-Birma, termasuk etnis Karen, yang
mendominasi wilayah pegunungan di utara, yang dikenal sebagai golden
triangle (segitiga emas).
Birma memilih
cara apa pun untuk mencegah hal itu terjadi. Sejak 1960-an, terjadilah diaspora
warga Myanmar. Berbagai warga Myanmar dari kelompok etnis kini tinggal di
Thailand, Bangladesh, Cina, Laos, dan India. Semua negara ini berbatasan
langsung dengan Myanmar.
Kemenangan
kubu demonstrasi, pimpinan Aung San Suu Kyi pada Pemilu tahun 1990, tak
dikehendaki oleh kelompok etnis Birma. Kubu Suu Kyi dan etnis non-Birma lainnya merupakan ancaman
bagi supremasi etnis Birma. Kemenangan Suu Kyi pun dihadang. Kekuasaan direbut.
Beginilah yang terjadi seterusnya dan seterusnya
I.
Pembagian administratif
14
negara bagian dan divisi Myanmar.
Myanmar
dibagi menjadi tujuh negara bagian (
pyine) dan tujuh region, yang
sebelum Oktober 2010 disebut "divisi" (
yin). Region-region
sebagian besar dihuni oleh etnis
Bamar,
sementara negara bagian lain sebagian besar dihuni etnis-etnis minoritas
tertentu. Setiap negara bagian dan region kemudian dibagi lagi menjadi
distrik-distrik.
1.
Region
- Region Bago
- Region Magway
- Region Mandalay
- Region Sagaing
- Region Tanintharyi
- Region Yangon
2.
Negara
bagian
- Negara Bagian
Kachin
- Negara Bagian Kayin (Karen)
- Negara Bagian Kayah (Karenni)
- Negara Bagian Mon
- Negara Bagian Rakhine (Arakan)
- Negara Bagian Shan
J. Kelompok
etnis di Myanmar
1.
Bamar/Birma. Dua pertiga dari
total warga Myanmar. Beragama Buddha, menghuni sebagian besar wilayah negara
kecuali pedesaan.
- Karen.
Suku yang beragama Buddha, Kristen atau paduannya. Memperjuangkan otonomi
selama 60 tahun. Menghuni pegunungan dekat perbatasan dengan Thailand.
- Kayah.
Etnis yang beragama Buddha yang berkerabat dengan etnis Thai.
- Arakan. Juga disebut Rakhine, umumnya beragama
Buddha dan tinggal di perbukitan di Myanmar barat.
- Mon.
Etnis yang beragama Buddha yang menghuni kawasan selatan dekat perbatasan
Thailand.
- Kachin.
Kebanyakan beragama Kristen. Mereka juga tersebar di Cina dan India.
- Chin.
Kebanyakan beragama Kristen, menghuni dekat perbatasan India.
- Rohingya.
Etnis yang beragama Islam yang tinggal di utara Rakhine, banyak yang telah
mengungsi ke Bangladesh atau Thailand.
K. Hubungan
Bilateral Indonesia – Myanmar
Hubungan
bilateral Indonesia - Myanmar telah dibina sejak tahun 1945, ditandai dengan
sikap saling mendukung dalam pencalonan di berbagai organisasi internasional.
Selain itu dengan berpegang pada prinsip non - intervensi Indonesia juga terus
mendukung proses rekonsiliasi nasional dan langkah menuju demokrasi, antara
lain menyangkut penahanan Aung San Suu Kyi.
Di bidang
ekonomi, perkembangan kedua negara ditandai dengan penandatanganan berbagai
perjanjian kerjasama yang menguntungkan kedia belah pihak mengingat Myanmat
memiliki potensi sumber daya alam dan penduduk yang besar, lokasi yang
strategis. Hal ini membuka peluang bisnis yang besar di berbagai sektpor usaha
dan industri.
L.
Gambar
Negara Myanmar
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada 1988,
terjadi gelombang demonstrasi besar menentang pemerintahan junta militer.
Gelombang demonstrasi ini berakhir dengan tindak kekerasan yang dilakukan
tentara terhadap para demonstran. Lebih dari 3000 orang terbunuh.
Myanmar
dibagi menjadi tujuh negara bagian (pyine) dan tujuh region, yang
sebelum Oktober 2010 disebut "divisi" (yin). Dan Hubungan
bilateral Indonesia - Myanmar telah dibina sejak tahun 1945, ditandai dengan
sikap saling mendukung dalam pencalonan di berbagai organisasi internasional.